Saturday, July 28, 2007

Gangguan Sinyal Gara-gara Kabel Dicuri (LAGI ??)

Seorang teman di milis KRLMania, Vero Zulkarnain aka Revo Karnazulin aka Mbah Klewung menyampaikan catatannya mengenai gangguan yang sering terjadi seputar KRL di Stasiun Manggarai.
Berikut tulisannya..

DARI data saya pribadi Januari 2005 - 2007 sekarang, tercatat 43 kali masalah sinyal di Manggarai, baik yg kecil mudah diatasi sampai yg berat menggemparkan kayak pagi ini.Dari 43 kasus tsb :
  1. 31 kali terjadi hari JUMAT (baik jumat pagi, maupun jumat sore)
  2. 24 kali terjadi pada JUMAT minggu pertama dan atau minggu terakhir
  3. TIDAK ADA gangguan sinyal yg terjadi pada HARI LIBUR RESMI (samiraya).
  4. 30 kali 'ngakunya' kehilangan kabel [nggak kapok kapok deh.. cuih.. gak pernah mau belajar dari kesalahan kalo ini sih]
  5. Selain kabel yg dicuri, gangguan yg pernah terjadi adalah listrik padam [2x], bocah kejepit wesel [1x], korslet rel [1x], putus karena tua [1x], wesel diganjal orang iseng pakai batu [3x].

Data pribadi, bukan data PT KA.

Itulah wajah perKRLan di Indonesia terutama Jabotabek.

Stasiun yang tidak steril, penanganan kasus pencurian yang tidak pernah tuntas, dsb menyebabkan pelayanan yang bisa dibilang jauh dari kata optimal apalagi maksimal.

Well, This is only in Indonesia.....

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

JAKARTA - Cerita ini bermula dari Stasiun Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, akhir Januari lalu. Siang itu, Stasiun Slawi tercatat sebagai yang pertama menggunakan sistem sinyal elektrik buatan negeri sendiri. Harapan pun muncul. Harapan untuk memugar wajah sistem persinyalan kereta api Indonesia. Mengganti sistem sinyal kereta api luar negeri dengan buatan lokal.

Itulah harapan yang dirintis setelah PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) mengembangkan Sistem Interlocking LEN (SIL-02). SIL-02 merupakan sistem sinyal elektrik pertama buatan dalam negeri yang akan mengatur lalu lintas kereta api. Jika sistem ini jadi diterapkan di seluruh jalur di Indonesia, sang operator di ruang kendali stasiun tidak perlu bersusah payah lagi. Tinggal memencet tombol pada panel kendali, sinyal elektrik akan segera mengatur lalu lintas kereta api.

Menurut Direktur PT LEN Dodi Hidayat Rivai, buah kerja LEN ini sebenarnya sudah dirintis sekitar tiga tahun lalu. Selain bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia, LEN juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pihak BPPT, kata Dodi, yang bertugas mengaudit kelaikan teknologi yang diterapkan LEN. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan satu sistem sinyal elektrik itu, kata dia, sekitar Rp 6 miliar. Secara umum, Dodi memaparkan, SIL-02 terdiri dari peralatan lapangan dan peralatan di ruang operator. Yang dimaksud dengan komponen lapangan adalah lampu sinyal, motor wesel untuk mengatur jalur rel, serta sirkuit rel untuk menentukan posisi kereta. Komponen itu akan aktif setelah sistem kunci (interlocking) dihidupkan. "Kalau salah satu kunci sudah bekerja, sistem tidak akan mengalihkannya ke kunci yang lain," katanya. Artinya, jika ada kereta api yang masuk ke salah satu jalur, kereta yang lain tidak bisa masuk ke jalur yang sama. Sedangkan yang termasuk komponen di dalam ruang operator adalah prosesor untuk pengolahan sinyal yang berbasis PLC (programmable logic controller), sistem perkabelan, serta panel kendali tempat tombol-tombol, status sinyal, serta satu prosesor untuk mengendalikan sinyal. PLC ini berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sinyal masukan (input) dan keluaran (output).
Menurut Dodi Hidayat, secara keseluruhan, desain sistem sinyal mengacu pada sistem persinyalan yang sudah baku. Artinya, komponen yang ada di ruang operator dapat dihubungkan dengan segala macam peralatan lapangan. "Desain sistem sinyal ini multi-service, tidak tergantung pada salah satu merek sehingga dapat terkoneksi dengan peralatan lapangan merek apa saja," ucapnya. Ia menambahkan, sistem SIL-02 ini juga dilengkapi peranti lunak untuk mengendalikan interlocking sinyal. Uniknya, peranti lunak ini berbeda untuk tiap stasiun. Perbedaan ini, kata dia, disesuaikan dengan jumlah rel yang ada di setiap stasiun. "Makin besar stasiun dan jumlah relnya, maka harga sistem makin mahal," ujar Dodi. Menurut dia, peranti lunak yang dikembangkan mampu mendeteksi kesalahan. Sebab itulah, sistem sinyal elektrik yang dikembangkan memiliki dua prosesor. Fungsinya agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem. "Prososer yang satu bisa mendeteksi jika ada kesalahan logika pada prososer yang lain," katanya. Kesalahan itu, menurut Dodi, dapat segera diketahui operator di stasiun karena sistem akan memberi alarm peringatan atau print out data.

Ia berharap, produk dalam negeri ini mampu menggantikan ketergantungan Indonesia dari industri pemasok. "Jika ada kerusakan, perawatannya mudah dan bisa cepat ditangani," katanya. Sejauh ini, ada tiga macam teknologi sistem persinyalan elektrik buatan luar negeri yang telah dipasang di Indonesia. Ketiganya, yakni Solid State Interlocking (SSI) buatan Prancis dan Inggris, Vital Processor Interlocking (VPI) buatan Amerika, serta Westinghouse Train Radio And Advance Control (Westrace) Interlocking buatan Australia, Amerika, Inggris, dan Spanyol. Karena diproduksi oleh pabrikan yang berbeda, peralatan interlocking mempunyai spesifikasi teknis yang berbeda pula. "Akibatnya," kata Dodi, "jika ada kerusakan pada peralatan interlocking atau komponen elektronik lainnya, sistem hanya dapat diperbaiki atau diganti oleh pabrik pembuatnya." Sejauh ini, sistem SSI telah dipasang pada jalur Jabotabek. Sedangkan sistem VPI digunakan pada jalur Bandung-Jakarta. Dan sistem Westrace Interlocking digunakan di jalur selatan, semisal Tasikmalaya, Banjar, dan Yogyakarta. Karenanya, LEN berharap, pihaknya diberi kesempatan untuk memugar sistem sinyal lebih dari 20 sistem. "Sebagai tahap awal, LEN mengusulkan agar sistem sinyal di jalur selatan diganti SIL-02," katanya. yandhrie arvian

Cara Kerja Pemrosesan Sinyal SIL-02
Inilah sistem sinyal elektrik (SIL-02) pertama untuk mengatur lalu lintas kereta api buatan lokal. Pada dasarnya, peralatan SIL-02 dapat dipilah menjadi dua bagian. Peralatan di luar ruangan (vital outdoor equipment) dan peralatan di dalam ruangan. Peralatan di dalam ruangan dapat dibagi menjadi vital area dan non vital area.

Peralatan di luar ruangan
  • Lampu sinyal: Memberi tanda kapan kereta api dapat masuk stasiun atau ke luar stasiun.
  • Sirkuit rel: Mengidentifikasi dan memberi informasi pada kilometer berapa posisi kereta api sedang melaju menuju stasiun
  • Motor Wesel: Mengatur persimpangan jalur rel kereta api
  • Peralatan di dalam ruangan (wilayah vital): Dua modul PLC (programmable logic controller): Fungsi dua prosesor agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem jika ada kesalahan logika
  • Pemancar vital: Mengirimkan data vital
  • Panel PLC: Menyampaikan informasi pada panel kendali di ruang operator dan terminal teknisi Peralatan di ruang operator (wilayah tidak vital)
  • Terminal teknisi: Merekam seluruh kondisi perjalanan kereta api
  • Panel kendali (local control panel): Tempat tombol-tombol, satu prosesor sederhana untuk mengendalikan sinyal, serta status sinyal ditampilkan

Cara Kerja:
Kereta api yang tengah melaju pada kilometer tertentu diidentifikasi posisinya oleh sirkuit rel (track circuit). Hasil identifikasi disampaikan ke PLC PLC akan menyampaikan pemrosesan data ke terminal teknisi dan panel kendali di ruang operator Operator akan membuat sebuah perintah. Perintah itu akan disampaikan ke Pusat Pelayanan Kereta Api (PPKA) dan ke panel PLC. Perintah itu untuk mengaktifkan apakah lampu sinyal akan hijau atau merah, serta akan mengatur persimpangan jalur rel kereta api (motor wesel)

sumber : tempo.co.id

KRLMania Jalan – Jalan

KRLMania Jalan – Jalan

Untuk memburu foto – foto seputar dunia per-Kereta Rel Listrik-an, beberapa anggota komunitas KRLMania sepakat untuk melakukan perjalanan kecil ke beberapa stasiun yang terletak di lintasan Kota – Jatinegara via Ps. Senen. Perjalanan kami mulai dari rumah masing – masing menuju titik kumpul di Stasiun Jakarta Kota. Peserta hunting foto kali ini adalah Om Bayu dan Om Erwin, roker Bojonggede, Om Anthony, roker Tangerang, Om Cahyo dan jagoan ciliknya, Irfan, roker Pondok Cina.

Perjalanan kami mulai dengan menumpang dengan karcis dan abunemen yang biasa kami pakai, karena Abunemen dan Karcis kami tertera : JAKARTA, dan batas Jakarta untuk lintasan Bekasi adalah sta Klender, demikian menurut Om Anthony. KRL Ekonomi berangkat tepat pukul 10.45 menuju stasiun Kramat (karena KRL Eko Jak - Bekasi sedang ada gangguan kita putuskan untuk menuju selatan dulu baru kembali ke utara). Beberapa meter selepas stasiun Kota sudah disuguhi pemnadangan unik berupa perkampungan yang padat. Sesampai di Sta Kp. Bandan kami juga cukup terhibur dengan bentuknya yang mengingatkan pada stasiun – stasiun di Jepang yang cukup rapi. Stasiun berikutnya ada Stasiun Rajawali yang unik, kemudian Stasiun Kemayoran yang cukup megah, lalu stasiun Pasar Senen yang ramai, Stasiun Kecil (pos perhentian) Gang Sentiong yang antik sampai Stasiun Kramat yang mulai berbenah.
Sesaat kami memburu foto2 di stasiun Kramat, ada pemandangan lain, Stasiun yang dulu peronnya masih rendah, sekarang sudah dimodifikasi tingginya biar selevel dengan bordes gerbong. Cuma sayangya panjang peron sama rangkaian 1 : 2 nih. Sehingga tim KRLMania harus loncat dari gerbong 5 ke tanah karena ga kebagian peron, termasuk si kecil Irfan. Karena waktu yang belum menunjukkan jam makan siang, plus menu yang kurang cocok untuk kesehatan, acara wisata kuliner ke Soto Kaki Mencos, sepakat dibatalkan.
Setelah puas mengambil beberapa foto kamipun menaiki KRL Ekonomi dari arah Bekasi dan turun di stasiun Gang Sentiong, sama saat kita landing di Sta siun Kramat, di sini kita juga harus loncat bak Spiderman mendarat di peron. Yang parahnya peron disini memang rendah dari ujung ke ujung. Di stasiun ini selain peron yang belum standar juga kita temukan lonceng antik yang sekarang sudah berganti dengan alarm penunjuk kereta akan lewat. Alarm antik ini masih bisa kita temui di stasiun – stasiun di lintasan rel Pantura mulai dari Cirebon sampai Surabaya.
Karena kebetulan perjalanan ini kami lakukan di penghujung waktu liburan sekolah, maka dengan terpaksa kami tidak menghampiri Stasiun Pasar Senen karena kepadatan pemudik dan arus balik yang cukup tinggi.
Hari mulai terik saat kami mengambil foto – foto di stasiun Kemayoran. Stasiun yang cukup megah dengan 4 jalur ini sudah memiliki peron yang standar. Kalau dilihat sekilas lebar peron hampir sama dengan peron Sta Citayam, cuma kok tidak seriuh Stasiun Citayam. Musholla stasiun ini pun terbilang cukup bersih dan rapi.
Selepas dari stasiun Kemayoran kamipun sampai di stasiun Rajawali. Stasiun ini memiliki persimpangan 4 jalur, 2 jalur arah Kota - Jatinegara, 2 jalur lagi arah Tg. Priok - Jatinegara. Stasiun yang hanya mempunyai shelter berukuran 3 x 4 meter di jalur ke arah Kota dan shleter 2 x 10 meter di jalur ke arah Bekasi inipun belum memiliki tinggi dan panjang peron yang standar Karena ada gangguan perjalanan KRL Ekonomi Jak - Bekasi jadi berantakan sehingga menyebabkan kami cukup lama menunggu rangkaian ke arah Jakarta, diumumkan kereta masih dalam perjalanan dari Cakung menuju Bekasi terlebih dahulu.
Perjalanan trekking dan hunting stasiun kecil lintas kota - jatinegara kami akhiri dengan ditemani beberapa piring nasi goreng dan beberapa mangkok soto di kedai Stasiun Kota tepat pukul 14.00.
Semua perjalanan tadi, kami lalui dengan menumpang KRL Ekonomi Jakarta - Bekasi yang tersedia hanya 4 rangkaian ulang - alik dan bekal karcis / abonemen klas ekonomi. Ternyata gangguan yang terjadi pada pagi hari disebabkan pula adanya kasus anak kecil tersengat listrik di atap gerbong KRL di daerah antara stasiun Klender - Jatinegara.

by the way, siapa sih KRLMania ? Klik aja link dibawah ini :
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=18249&section=94
atau
http://www.krlmania.com

ciao

(epf/nc/by/ant)

Wednesday, July 18, 2007

..musim gila bola....

Setelah mengejutkan publik dengan menggulung Tim Bahrain 2 - 1, timnas Indonesia kembali menampilkan permainan ciamik nya saat beradu dengan Arab Saudi. Namun sayang, walau pertandingan ini sempat disaksikan RI 1 dan Indonesia sudah menahan skor 1 -1 sampai detik - detik terakhir, tapi Dewi Fortuna belum berpihak ke Indonesia. Kesalahan menjegal lawan oleh Usman Sofyan (yang ini pemain Indo asli) dimanfaatkan Arab Saudi untuk menjebol gawang yang dikawal oleh Yandri.

Saat blog ini dibuat Tim Indonesia sedang beradu dengan Tim Negeri Ginseng Korea Selatan. Polytron vs LG nih....

Mudah2an bisa menang....

Thursday, July 12, 2007

Cilebut, stasiun kecil tapi besar

Cilebut, stasiun kecil tapi besar

Stasiun terakhir di jurusan Jakarta - Bogor ini memang pesat sekali perkembangannya. Stasiun yang sudah ada sejak lintasan rel Batavia – Buitenzorg yang dibuka pada tahun 1873 ini, bukan hanya dari tahun ke tahun saja volume penumpangnya yang meningkat bahkan dari bulan ke bulan pun peningkatan tejadi cukup signifikan. Di medio Januari – Mar 2007 ini saja tercatat tidak kurang dari 600.000 penumpang naik turun di stasiun ini.

Hal ini dipertegas oleh Bp. Sutoyo selaku Kepala Stasiun Cilebut saat KRLMania bersilaturahmi ke stasiun ini. Untuk periode bulan Mei dimana volume penumpang ditargetkan sebesar 211.000 penumpang namun pada kenyataannya hampir lebih dari 317.000 penumpang dalam bulan tersebut memadati stasiun ini. “Kalau anda berada di Stasiun Cilebut pada jam 06.30 – 09.00 pagi serasa bukan ada di Cilebut deh”, ujar bapak satu anak ini.

Stasiun yang terletak di pinggir jalan propinsi antara Bojonggede – Bogor yang dilalui angkutan kota no. 07 jurusan Bojonggede – Ps. Anyar (Bogor) ini memang tidak pernah sepi oleh penumpang yang kebanyakan berasal dari penduduk sekitar dan beberapa perumahan baru yang sedang dan sudah dikembangkan oleh pengembangnya. Sebut saja Bumi Pertiwi, Perumahan RS Cipto Mangunkusumo, Pesona Cilebut, Griya Kencana, Villa Mutiara Bogor, Bukit Cimanggu City adalah beberapa perumahan yang mayoritas warganya menggunakan jasa KRL dari stasiun yang terletak 165 meter diatas permukaan laut ini.

Kereta Rel Listrik yang melayani rute Jakarta - Bogor kelas ekonomi merupakan alat transportasi favorit bagi para penglaju yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya. Dengan ongkos Rp. 2000 anda sudah dapat menikmati perjalanan dari Cilebut – Jakarta Kota. Selain rangkaian KRL Ekonomi, tidak kurang ada 2 rangkaian KRL Ekspres yang BLB (berhenti luar biasa, berhenti secara resmi-red) di Cilebut, yang pertama dengan no. KA 201 A tujuan Tanah Abang yang berhenti pada pukul 05.46 WIB setiap hari kerja dan KA 209 tujuan Tanah Abang jam 07.26 WIB serta 1 rangkaian KRL Semi Ekspress jam. 08.47 WIB.

Dilihat dari perkembangan jumlah penumpang, salah satu roker Cilebut yang ikut berdialog dengan KRLMania dan KS Cilebut, menyampaikan usulan dari beberapa orang roker Cilebut yang juga pernah disampaikan langsung kepada Kasie Angkutan Penumpang PT KA Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek, yaitu keinginan adanya Pakuan Ekspress yang bisa BLB di Stasiun Cilebut ini. Rangkaian KRL Pakuan yang diusulkan adalah saat kepadatan stasiun ini mulai meningkat terutama di jam 06.00 – 06.30 pagi. Menanggapi usulan ini PTKA melalui KS Cilebut sedang menganalisa kira – kira rangkaian mana yang feasible (layak) untuk BLB di Stasiun Cilebut.

Dengan jumlah penumpang diatas, memang sudah saatnya Stasiun Cilebut berbenah diri. Fasilitas loket yang ada sekarang hanya ada 3 buah, 1 di Hall Stasiun, 1 di sebelah timur (seberang Hall stasiun) dan 1 buah lagi di sebelah selatan peron. Yang sangat disayangkan ada sebuah bangunan yang setengah jadi yang rencananya akan dijadikan loket di sebelah selatan yang belum dilanjutkan pembangunannnya. Ketika hal ini KRLMania tanyakan kepada Bp. Sutoyo, bapak yang pernah bertugas di sebagai KS di Stasiun Bogor, Gambir, Juanda, Pasar Minggu Baru dan Cawang ini menjelaskan mulai tahun 2007 ini pembangunan kan dilanjutkan dengan merevisi ukuran bangunannya. Diharapkan penumpang dari arah utara, yang kebanyakan penumpang dari Perumahan Bumi Pertiwi dan beberapa perumahan lainnya dapat lebih terlayani untuk pembelian tiket.

Kondisi di sekitar stasiun yang kami amati pun kiranya perlu mendapat perhatian lebih besar dari pihak Stasiun Cilebut, seperti jalan di depan stasiun yang rusak, pedagang kakilima yang menjamur di peron tunggu, lampu penerangan di sekitar peron stasiun dan juga keberadaan pengemis yang mangkal di dekat loket karcis.

Untuk masalah jalan yang rusak, menurut Bapak yang tinggal di Perumahan Griya Kencana, Bogor ini sudah lama dibicarakan dengan pihak terkait seperti kelurahan, pedagang disekitar jalan raya di depan stasiun maupun pengembang perumahan berada di sekitar stasiun tersebut. Kepada pihak pengembang dan pedagang di sekitar jalan raya, Bapak Sutoyo, selaku KS menghimbau agar memperhatikan drainase / saluran pembuangan dari kios ataupun perumahan yang ada. Diharapkan juga pihak Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Kelurahan Cilebut Barat memperbaiki kerusakan yang ada.

Sedangkan untuk memperindah lingkungan sekitar peron tunggu, pemasangan awning / penutup atap terhadap pedagang kakilima di dekat peron tunggu jurusan Bogor yang selama ini hanya menggunakan tenda plastik merupakan bagian dari rencana pihak Stasiun Cilebut. Kemudian, pihak Stasiun juga sudah melengkapi lampu sorot di sisi utara dan selatan, hanya sayangnya lampu fitras di atas jalur Listrik Aliran Atas (LAA) sudah lama mati dan belum diganti sampai saat ini karena diperlukan teknisi khusus untuk mengatasinya. Diharapkan seksi Teknik di Divisi AP Jabotabek dapat menindaklanjuti keluhan pihak Stasiun Cilebut ini. Hal lain yang mungkin sulit ditertibkan oleh pihak Stasiun adalah keberadaan pengemis yang ada di dekat loket karcis. Mungkin juga fasilitas yang harus dibenahi adalah kamar kecil atau WC yang saat ini hanya berjumlah 2 buah.

Pada saat KRLMania meliput stasiun ini, ada hal menarik yang mengundang tanya, yaitu keberadaan kios yang berjualan penganan goring – gorengan di sebelah kanan loket karcis yang berada di sebelah ruangan Kepala Stasiun dan Warung Telekomunikasi yang tepat berada di seberang loket utama di hall stasiun. Jika dapat direlokasi, tentunya kedua tempat tersebut dapat difungsikan sebagai loket ataupun fungsi penunjang stasiun lainnya, karena ruangan PPKA–nya sendiri berada di sebelah selatan.

Selain beberapa hal diatas, ada beberapa hal lain yang juga sempat kami diskusikan dengan Bapak Sutoyo yang saat kami temui ditemani oleh staf PPKA Cilebut, Bapak Ade, yaitu jumlah petugas Stasiun Cilebut yang berjumlah 14 orang ini masih dirasakan kurang efektif, apalagi jika nanti ada beberapa rangkaian KRL Pakuan yang BLB di stasiun tersebut dan kinerja petugas PT. Kencana Lima yang berjumlah 31 orang diharapkan dapat ditingkatkan wwenang dan tanggungjawabnya tidak hanya untuk pemeriksaan karcis saja, tetpai juga bisa untuk penertiban pedagang, membantu petugas PPKA atau loket dan lain sebagainya.

Kedepan, diharapkan stasiun ini dapat berkembang dan menunjang stasiun – stasiun terdekatnya maupun stasiun baru Sukaresmi yang akan dimulai pembangunannya.


(epf/yud)

Bojonggede Ekspress

... Namanya sih keren BOJONGGEDE EKSPRESS...
.... rangkaian nya juga keren pake Tokyu serie 8500...
... cuma sayangnya rangkaian yang bernomor rute KA 248 A ini lebih sering telat daripada enggaknya.

Alasannya karena KRL ini sebelumnya menjadi rangkaian Depok Ekspress 1712 dan you know.. kalau sore hari trafik di Stasiun Besar GAMBIR itu padet sepadet padetnya... ada KA Jarak Jauh, KRL Eko Jakarta Bogor, KRL Ekspress Jakarta Bekasi, KRL Ekspress Jakarta Bogor, dan tentunya KRL Jakarta Depok.

Coba itu stasiun Gambir ga ada di situ tentunya ga akan banyak KRL yang ketahan sinyal masuk Gambir kali. Kenapa sih usulan untuk mindahin stasiun pemberangkatan luar kota ke Sta Manggarai ga diseriusin ???

Nah, balik lagi ke BOJES ... tadi malem do'i telat banget landing di Stasiun Sudirman. Jadwal jam 1845 dia baru landing jam 1935... whuahaha 50 menit telat bo'...

Alhasil disusul deh sama Pakuan 1925 dan semua penumpang Depok Baru, Bojonggede dan Bogor pada nyerbu KA 232 itu.

Tinggal gw, bini gw dan beberapa orang yang pengen duduk longgar menunggu si Bojes.

Bojes.. bojes... telat kok dibiasain sihhh....

Wednesday, July 11, 2007

3 minggu untuk selamanya

Hmmm.. kalau di bioskop ada judul film Indonesia 3 hari untuk selamanya, nah disini gw mau nulis tentang 3 minggu pertama gw di tempat kerja yang baru...

Minggu ke-1
Pas dateng langsung coordination meeting... n pastinya dapet Task Assignment ditutup dengan latihan evakuasi kebakaran....

Minggu ke-2
Mulai tune-in di prosedur n review some procedure plus mulai aktif hub eksternal

Minggu ke-3
Nah ini tambah seru deh... mulai banyak deadline yang mau jatuh tempo....

Tapi untungnya team HSE disini OKEEEHHH....

Mudah2an... programnya lebih dari 500 hari baru resign ... ya... c u @ setiabudi atrium