Sunday, December 30, 2007

Aortic aneurysm

Aortic aneurysm
Goals of Treatment
Some aneurysms, mainly small ones that are not causing pain, can be treated with "watchful waiting." Others need to be treated to prevent growth and complications. The goals of treatment are to prevent the aneurysm from growing, prevent or reverse damage to other body structures, prevent or treat a rupture, and to allow you to continue to participate in normal daily activities.
Treatment Options
Medicine and surgery are the two types of treatment for an aneurysm. Medicines may be prescribed before surgery or instead of surgery. Medicines are used to reduce pressure, relax blood vessels, and reduce the risk of rupture. Beta blockers and calcium channel blockers are the medicines most commonly used.
Surgery may be recommended if an aneurysm is large and likely to rupture.
Treatment by Type of Aneurysm
Aortic Aneurysm
Experts recommend that men who have ever smoked (at least 100 cigarettes in their lifetime) and are between the ages of 65 and 75 should have an ultrasound screening to check for abdominal aortic aneurysms.
Treatment recommendations for aortic aneurysms are based on the size of the aneurysm. Small aneurysms found early can be treated with "watchful waiting."
If the diameter of the aorta is small—less than 3 centimeters (cm)—and there are no symptoms, "watchful waiting" and a follow-up screening in 5 to 10 years may be all that is needed, as determined by the doctor.
If the aorta is between 3 and 4 cm in diameter, the patient should return to the doctor every year for an ultrasound to see if the aneurysm has grown.
If the aorta is between 4 and 4.5 cm, testing should be repeated every 6 months.
If the aorta is larger than 5 cm (2 inches around or about the size of a lemon) or growing more than 1 cm per year, surgery should be considered as soon as possible.
Two main types of surgery to repair aortic aneurysms are open abdominal or open chest repair and endovascular repair.
The traditional and most common type of surgery for aortic aneurysms is open abdominal or open chest repair. It involves a major incision in the abdomen or chest. General anesthesia is needed with this procedure.
The aneurysm is removed and the section of aorta is replaced with an artificial graft made of material such as Dacron?or Teflon? The surgery takes 3 to 6 hours, and the patient remains in the hospital for 5 to 8 days. It often takes a month to recover from open abdominal or open chest surgery and return to full activity. Open abdominal and chest surgeries have been performed for 50 years. More than 90 percent of patients make a full recovery.
In endovascular repair, the aneurysm is not removed, but a graft is inserted into the aorta to strengthen it. This type of surgery is performed through catheters (tubes) inserted into the arteries; it does not require surgically opening the chest or abdomen.
To perform endovascular repair, the doctor first inserts a catheter into an artery in the groin (upper thigh) and threads it up to the area of the aneurysm. Then, watching on x ray, the surgeon threads the graft (also called a stent graft) into the aorta to the aneurysm. The graft is then expanded inside the aorta and fastened in place to form a stable channel for blood flow. The graft reinforces the weakened section of the aorta to prevent the aneurysm from rupturing.
The illustration shows the placement of an endovascular stent graft in an aortic aneurysm. In figure A, a catheter is inserted into an artery in the groin (upper thigh). It is then threaded up to the abdominal aorta, and the stent graft is released from the catheter. In figure B, the stent graft allows blood to flow through the aneurysm.
Endovascular repair surgery reduces recovery time to a few days and greatly reduces time in the hospital. The procedure has been used since 1999. Not all aortic aneurysms can be repaired with this procedure. The exact location or size of the aneurysm may prevent the stent graft from being safely or reliably positioned inside the aneurysm.
Cerebral Aneurysm
Treatment for cerebral (brain) aneurysms depends on the size and location of the aneurysm, whether it is infected, and whether it has ruptured. A small cerebral aneurysm that hasn’t burst may not need treatment. A large cerebral aneurysm may press against brain tissue, causing a severe headache or impaired vision, and is likely to burst. If the aneurysm ruptures, there will be bleeding into the brain which will cause a stroke. If a cerebral aneurysm becomes infected, it requires immediate medical treatment. Treatment of many cerebral aneurysms, especially large or growing ones, involves surgery, which can be risky depending on the location of the aneurysm.
Peripheral Aneurysm
Most peripheral aneurysms have no symptoms, especially if they are small. They seldom rupture.
Treatment of peripheral aneurysms depends on the presence of symptoms, the location of the aneurysm, and whether the blood flow through the artery is blocked. Blood clots can form in a peripheral aneurysm, break loose, and block the artery.
An aneurysm in the back of the knee that is larger than 1 inch in diameter usually requires surgery. An aneurysm in the thigh also is usually repaired with surgery.

Monday, December 24, 2007

CILIWUNG


Denger nama sungai diatas pasti pikirannya ga jauh dari kumuh, sumpek, bau, kotor, banjir...

Yup, boleh saja semua berpikiran negatif seperti itu. Tapi kalau didepannya ditambahin kata-kata KRL dan dibelakangnya dikasih tulisan Blue Line, image jelek pasti akan hilang. Lihat saja foto disamping, KRL-I (I untuk Indonesia) ini melayani trayek Lingkar Kota.

Diluncurkan tanggal 30 Nov 2007 kemarin, CBL (Ciliwung Blue Line) disambut hangat masyarakat Jakarta yang sudah sangat dahaga mendambakan alat transportasi yang lancar dan aman. Proyek busway yang dijalankan Bang Yos, rupanya belum berhasil mengatasi kemacetan yang menggila.

Tapi walaupun nama besar Ciliwung disandang, KRL-I ini tak sanggup melewati limpasan air laut yang menggenangi Stasiun Kampung Bandan (salah satu stasiun yang disinggahi). Jadi kalau begitu mungkin perlu diganti namanya menjadi.....

Poto by : Rusdiyanto, pegawai PTKA

Sunday, December 23, 2007

...Trip to Lee Kwan Yu's country.. Days 02



..12 Nov '07..

Pagi sehabis sarapan langsung cabut ke Science Park (kantor di Singapore) dengan numpang taksi setelah sebelumnya nelpon ke Indo pake telepon koin. Sesaat selesai training langsung ke lantai 3 tempat temen ngantor buat sebuah project. Sepakat kita mau ke Orchard Road... dari SP kita naik bus double decker no. 92. Perjalanan cukup lancar, hanya saat akan sampai di perttigaan menuju Orchard Rd tersendat kemacetan. Turun di Orchard langsung cari makan dulu, berhubung perut dah lapar, Ayam Penyet jadi santapan malam itu. Hmm.. sayang ayamnya ga terlalu menggairahkan karena ga panas2. Setelah keluar dari Lucky Plaza nyusurin Orchard Rd, sempet lewat depan Takshimaya, mall terbesar di Singapore. En tujuan berikutnya adalah Mustafa Center di daerah Little Indian (kalo di Jakarta, kayak Passer Baroe itu kali ye..). Numpak MRT dari Sommerset, pake single trip card, transit di Dhobby Gout n landing di Ferrel Park. Nyebrang jalan dikit udah nyampe di Mustafa Center. Lucunya tas ransel kita dikasih tie-rap, biar ga bisa dibuka. Di MC ini semua ada.... sampe bingung mo beli ole2 apaan...


Setelah dapet yang dicari di MC, jalan lagi nyusurin Little Indian, tadinya mau naik taksi or bus, tapi lagi2 kita mutusin buat jalan kaki aja... (kalo di Jkt , mending naik taksi ye..)


Pemanasan global dan kontribusi penumpang KRL





Bulan Desember ini, RI dipercaya menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim (UNFCC- kalo ga salah).. thus para milister di KRLMania juga ikut2an ngomongin pemanasan global & dikait-kaitkan dengan KRL.

Boleh dibilang KRL adalah alat transportasi ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan gas karbon yang dituding sebagai penyebab utama perubahan iklim. Tapi kalau dilihat lebih jauh belum tentu juga, kalau pasokan listriknya diambil dari pembangkit yang menggunakan solar / minyak diesel ya tetep aja ga ramah lingkungan juga. Kecuali kalau memang pembangkitnya menggunakan tenaga uap atau gas.
Pertanyaan selanjutnya adalah : apa ada kereta berbahan bakar gas ?
Jawabannya : ADA. Lihat link dibawah dan foto keretanya di atas kanan (kereta yang warna hijau)


Lihat perbedaannya dengan KRL yang pake pantograf (alat penghubung listrik dari aliran atas ke aliran bawah).

Cuma sayangnya kontribusi yang besar penumpang KRLTIDAK DIANGGAP oleh Pemerintah RI dengan manajemen perkeretapian yang baik.





..MRT Singapore vs Pakuan Ekspress Jabotabek



Bagaikan membandingkan SQ dengan GA...

Bagaikan membandingkan Sentosa Island dengan Thousand Island...


Tapi ... PTKA div Jabotabek dah beberapa langkah lebih maju dari PTKA di Pakistan or Bangladesh kayaknya...



Poto 1. MRT di Singapore saat sibuk...

Poto 2.Pakuan Ekspress Tanah Abang - Bogor (ETD 1920).

*KRLMania...

Wednesday, November 21, 2007

...Trip to Lee Kwan Yu's Country...Day 01

...11 Nov 2007
Berangkat dari Bogor menuju Cengkareng, Take Off jam 16:30, well on time dengan GA 832.
Landing dengan mulus di Changi Airport jam 19:05 waktu Sing yang lebih cepet 1 jam dari Jakarta. Langsung queue up di Taxi Queue Line... mendarat di Royal @ Queens Hotel dan langsung cari makan bareng temen yang udah duluan nyampe. Abis dari Bugis Junction tempat kita makan balik ke hotel buat istirahat. Sesekali ambil foto suasana malam di Sing.

Foto 1 & 2 pas mo nyebrang di Victoria Street deket National Library. Ternyata naik becak di Sing lebih mahal daripada naik taksi.

...bersambung ke edisi berikutnya

Monday, October 22, 2007

...happy family...


..hmmm ga terasa.. udah 2 x lebaran ngerayain di Istana Big Bojong.. Plus sekarang ditambah sama jagoan kecil, Afthar...

Mudah2an setelah Lebaran kali ini, keluarga besar gw semakin diberikan keimanan, ketaqwaan dan berkah yang lebih baik dari Lebaran sebelumnya...

..Ga terasa juga udah hampir 4 bulan di tempat kerja yang baru... Tantangan demi tantangan dan tight plus heavy schedule and task terus berjalan. Insya Allah.. semua ini ada berkahnya...


Hmmm ini poto kita ber4 sesaat setelah sholat Ied 1 Syawal 1428 H..

Wednesday, October 17, 2007

..12 September 2007..





Tepat tanggal 12 September 2007 jam 10:48, telah lahir bayi laki-laki dengan berat 3,25 dan panjang 50 cm. Bayi laki-laki tersebut adalah buah cinta kami berdua yang kedua, setelah BALQIS FATHIAN AZRA yang lahir 5 tahun yang lalu. Sepakat kami beri nama AFTHAR FATHIANDRA MUHAMMAD dengan do'a semoga dia menjadi pembuka pintu rejeki, pembuka kemudahan, pembuka kemenangan.






Monday, August 20, 2007

Tips Memilih Buah-buahan

Karena kerjaan mengharuskan nge-browse milis lingkungan hidup.. eh malah dapet beginian..

Tips Memilih Buah-buahan

1. Durian :

* yang durinya sudah melebar dan daging durinya sudah agak lunak.

* aromanya harum dan kulitnya tdk ada yg bolong* kalau dipukul2 bunyinya buk ..buk…berat mantep (nggak garing kosong).* lihat tangkainya (dipotong sedikit), kalau tengahnya kuning berarti bagus.* jangan pilih yang bulat bagus, tapi yang bentuknya agak aneh, biasanya bagus.
2. Mangga :* pilih mangga yg bonggolnya (ujung tangkainya) berwarna kuning/kekuningan.* pilih yang harumnya manis sampai ke ujung buah.* di pangkalnya harum dan lebar. Kulitnya mulus dan kencang, tidak mengkerut. Keseluruhan buah aromanya harum manis.* pilih yg warna hijaunya agak tua buram dan bebintik hitam.
3. Jeruk :* pilih yg warnanya kuning betul bukan kuning terang.* pilih yg kulitnya tipis dan mengkilat.* khususnya jeruk medan pilih yang berat, trus ada lekukannya dikit (kalau diraba dengan jempol ada deko’ annya) cari yg dekoannya empuk.
4. Semangka/Melon utuh :* semangka biasanya ditepuk-tepuk utk. mendengar ‘kopong’ enggaknya. Semakin kopong berarti kurang banyak airnya, kurang seger.* melon, pilih yg wangi.* perhatikan bagian patahan tangkainya, pilih yg buletan tangkainya kelihatan mekar.* pilih melon yg guratan uratnya banyak dan tebal. Menurut Trubus ini tanda buah sudah mateng pas dipanen.* pilih melon yg kerasa bijinya sudah pada lepas saat buah digoncang
5. Alpukat :* kocok-kocok alpukat, pilih yg berbunyi, tandanya tua.* pilih yg kulitnya mulus.
6. Duku :* kulitnya tipis dan lembut dan agak kehitaman artinya udah masak dan manis. Tapi, kalau warna coklat dan agak berair itu tandanya busuk.Manggis :* pilih yg kulitnya lembut bila dipencet/raba.* warnanya ungu tua segar. Raba dulu seluruh permukaan, kalo ada yang keras itu artinya bagian tsb masih mentah atau busuk. Tangkainya utuh dan hijau segar. Manggis kecil malah lebih bagus ketimbang yang ukuran besar yang biasanya matangnya tidak merata.* kalau ada wadah air, cemplungin manggis ke dalam air. Manggis yg terapung tandanya bagus. [dari Trubus]
Dapat dari milis greenpeace indonesia, penulisnya mbak Sri Lestari
Categories:
Tips dan trik

Sunday, August 19, 2007

...31 tahun yang lalu...

20 Agustus 1976
Di tengah heningnya pagi, di Rumah Sakit Bersalin Melania yang terletak di daerah Matraman, Jakarta Timur, lahirlah sesosok bayi laki-laki dengan kulit yang memerah yang selanjutnya diberi nama Erwin Patrisa Floris. Si jabang bayi ini cukup berat dengan bobot saat lahir 2,9 kg dan panjang 50 cm menengok dunia untuk pertama kalinya dengan tangisan yang memekakkan telinga.

31 tahun setelah itu, bayi tersebut bertransformasi menjadi sosok Ayah dari Balqis Fathian Azra dan Afthar Fathiandra Muhammad serta Suami bagi Patricia Yulia Harliani.

Saturday, July 28, 2007

Gangguan Sinyal Gara-gara Kabel Dicuri (LAGI ??)

Seorang teman di milis KRLMania, Vero Zulkarnain aka Revo Karnazulin aka Mbah Klewung menyampaikan catatannya mengenai gangguan yang sering terjadi seputar KRL di Stasiun Manggarai.
Berikut tulisannya..

DARI data saya pribadi Januari 2005 - 2007 sekarang, tercatat 43 kali masalah sinyal di Manggarai, baik yg kecil mudah diatasi sampai yg berat menggemparkan kayak pagi ini.Dari 43 kasus tsb :
  1. 31 kali terjadi hari JUMAT (baik jumat pagi, maupun jumat sore)
  2. 24 kali terjadi pada JUMAT minggu pertama dan atau minggu terakhir
  3. TIDAK ADA gangguan sinyal yg terjadi pada HARI LIBUR RESMI (samiraya).
  4. 30 kali 'ngakunya' kehilangan kabel [nggak kapok kapok deh.. cuih.. gak pernah mau belajar dari kesalahan kalo ini sih]
  5. Selain kabel yg dicuri, gangguan yg pernah terjadi adalah listrik padam [2x], bocah kejepit wesel [1x], korslet rel [1x], putus karena tua [1x], wesel diganjal orang iseng pakai batu [3x].

Data pribadi, bukan data PT KA.

Itulah wajah perKRLan di Indonesia terutama Jabotabek.

Stasiun yang tidak steril, penanganan kasus pencurian yang tidak pernah tuntas, dsb menyebabkan pelayanan yang bisa dibilang jauh dari kata optimal apalagi maksimal.

Well, This is only in Indonesia.....

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

JAKARTA - Cerita ini bermula dari Stasiun Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, akhir Januari lalu. Siang itu, Stasiun Slawi tercatat sebagai yang pertama menggunakan sistem sinyal elektrik buatan negeri sendiri. Harapan pun muncul. Harapan untuk memugar wajah sistem persinyalan kereta api Indonesia. Mengganti sistem sinyal kereta api luar negeri dengan buatan lokal.

Itulah harapan yang dirintis setelah PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) mengembangkan Sistem Interlocking LEN (SIL-02). SIL-02 merupakan sistem sinyal elektrik pertama buatan dalam negeri yang akan mengatur lalu lintas kereta api. Jika sistem ini jadi diterapkan di seluruh jalur di Indonesia, sang operator di ruang kendali stasiun tidak perlu bersusah payah lagi. Tinggal memencet tombol pada panel kendali, sinyal elektrik akan segera mengatur lalu lintas kereta api.

Menurut Direktur PT LEN Dodi Hidayat Rivai, buah kerja LEN ini sebenarnya sudah dirintis sekitar tiga tahun lalu. Selain bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia, LEN juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pihak BPPT, kata Dodi, yang bertugas mengaudit kelaikan teknologi yang diterapkan LEN. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan satu sistem sinyal elektrik itu, kata dia, sekitar Rp 6 miliar. Secara umum, Dodi memaparkan, SIL-02 terdiri dari peralatan lapangan dan peralatan di ruang operator. Yang dimaksud dengan komponen lapangan adalah lampu sinyal, motor wesel untuk mengatur jalur rel, serta sirkuit rel untuk menentukan posisi kereta. Komponen itu akan aktif setelah sistem kunci (interlocking) dihidupkan. "Kalau salah satu kunci sudah bekerja, sistem tidak akan mengalihkannya ke kunci yang lain," katanya. Artinya, jika ada kereta api yang masuk ke salah satu jalur, kereta yang lain tidak bisa masuk ke jalur yang sama. Sedangkan yang termasuk komponen di dalam ruang operator adalah prosesor untuk pengolahan sinyal yang berbasis PLC (programmable logic controller), sistem perkabelan, serta panel kendali tempat tombol-tombol, status sinyal, serta satu prosesor untuk mengendalikan sinyal. PLC ini berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sinyal masukan (input) dan keluaran (output).
Menurut Dodi Hidayat, secara keseluruhan, desain sistem sinyal mengacu pada sistem persinyalan yang sudah baku. Artinya, komponen yang ada di ruang operator dapat dihubungkan dengan segala macam peralatan lapangan. "Desain sistem sinyal ini multi-service, tidak tergantung pada salah satu merek sehingga dapat terkoneksi dengan peralatan lapangan merek apa saja," ucapnya. Ia menambahkan, sistem SIL-02 ini juga dilengkapi peranti lunak untuk mengendalikan interlocking sinyal. Uniknya, peranti lunak ini berbeda untuk tiap stasiun. Perbedaan ini, kata dia, disesuaikan dengan jumlah rel yang ada di setiap stasiun. "Makin besar stasiun dan jumlah relnya, maka harga sistem makin mahal," ujar Dodi. Menurut dia, peranti lunak yang dikembangkan mampu mendeteksi kesalahan. Sebab itulah, sistem sinyal elektrik yang dikembangkan memiliki dua prosesor. Fungsinya agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem. "Prososer yang satu bisa mendeteksi jika ada kesalahan logika pada prososer yang lain," katanya. Kesalahan itu, menurut Dodi, dapat segera diketahui operator di stasiun karena sistem akan memberi alarm peringatan atau print out data.

Ia berharap, produk dalam negeri ini mampu menggantikan ketergantungan Indonesia dari industri pemasok. "Jika ada kerusakan, perawatannya mudah dan bisa cepat ditangani," katanya. Sejauh ini, ada tiga macam teknologi sistem persinyalan elektrik buatan luar negeri yang telah dipasang di Indonesia. Ketiganya, yakni Solid State Interlocking (SSI) buatan Prancis dan Inggris, Vital Processor Interlocking (VPI) buatan Amerika, serta Westinghouse Train Radio And Advance Control (Westrace) Interlocking buatan Australia, Amerika, Inggris, dan Spanyol. Karena diproduksi oleh pabrikan yang berbeda, peralatan interlocking mempunyai spesifikasi teknis yang berbeda pula. "Akibatnya," kata Dodi, "jika ada kerusakan pada peralatan interlocking atau komponen elektronik lainnya, sistem hanya dapat diperbaiki atau diganti oleh pabrik pembuatnya." Sejauh ini, sistem SSI telah dipasang pada jalur Jabotabek. Sedangkan sistem VPI digunakan pada jalur Bandung-Jakarta. Dan sistem Westrace Interlocking digunakan di jalur selatan, semisal Tasikmalaya, Banjar, dan Yogyakarta. Karenanya, LEN berharap, pihaknya diberi kesempatan untuk memugar sistem sinyal lebih dari 20 sistem. "Sebagai tahap awal, LEN mengusulkan agar sistem sinyal di jalur selatan diganti SIL-02," katanya. yandhrie arvian

Cara Kerja Pemrosesan Sinyal SIL-02
Inilah sistem sinyal elektrik (SIL-02) pertama untuk mengatur lalu lintas kereta api buatan lokal. Pada dasarnya, peralatan SIL-02 dapat dipilah menjadi dua bagian. Peralatan di luar ruangan (vital outdoor equipment) dan peralatan di dalam ruangan. Peralatan di dalam ruangan dapat dibagi menjadi vital area dan non vital area.

Peralatan di luar ruangan
  • Lampu sinyal: Memberi tanda kapan kereta api dapat masuk stasiun atau ke luar stasiun.
  • Sirkuit rel: Mengidentifikasi dan memberi informasi pada kilometer berapa posisi kereta api sedang melaju menuju stasiun
  • Motor Wesel: Mengatur persimpangan jalur rel kereta api
  • Peralatan di dalam ruangan (wilayah vital): Dua modul PLC (programmable logic controller): Fungsi dua prosesor agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem jika ada kesalahan logika
  • Pemancar vital: Mengirimkan data vital
  • Panel PLC: Menyampaikan informasi pada panel kendali di ruang operator dan terminal teknisi Peralatan di ruang operator (wilayah tidak vital)
  • Terminal teknisi: Merekam seluruh kondisi perjalanan kereta api
  • Panel kendali (local control panel): Tempat tombol-tombol, satu prosesor sederhana untuk mengendalikan sinyal, serta status sinyal ditampilkan

Cara Kerja:
Kereta api yang tengah melaju pada kilometer tertentu diidentifikasi posisinya oleh sirkuit rel (track circuit). Hasil identifikasi disampaikan ke PLC PLC akan menyampaikan pemrosesan data ke terminal teknisi dan panel kendali di ruang operator Operator akan membuat sebuah perintah. Perintah itu akan disampaikan ke Pusat Pelayanan Kereta Api (PPKA) dan ke panel PLC. Perintah itu untuk mengaktifkan apakah lampu sinyal akan hijau atau merah, serta akan mengatur persimpangan jalur rel kereta api (motor wesel)

sumber : tempo.co.id

KRLMania Jalan – Jalan

KRLMania Jalan – Jalan

Untuk memburu foto – foto seputar dunia per-Kereta Rel Listrik-an, beberapa anggota komunitas KRLMania sepakat untuk melakukan perjalanan kecil ke beberapa stasiun yang terletak di lintasan Kota – Jatinegara via Ps. Senen. Perjalanan kami mulai dari rumah masing – masing menuju titik kumpul di Stasiun Jakarta Kota. Peserta hunting foto kali ini adalah Om Bayu dan Om Erwin, roker Bojonggede, Om Anthony, roker Tangerang, Om Cahyo dan jagoan ciliknya, Irfan, roker Pondok Cina.

Perjalanan kami mulai dengan menumpang dengan karcis dan abunemen yang biasa kami pakai, karena Abunemen dan Karcis kami tertera : JAKARTA, dan batas Jakarta untuk lintasan Bekasi adalah sta Klender, demikian menurut Om Anthony. KRL Ekonomi berangkat tepat pukul 10.45 menuju stasiun Kramat (karena KRL Eko Jak - Bekasi sedang ada gangguan kita putuskan untuk menuju selatan dulu baru kembali ke utara). Beberapa meter selepas stasiun Kota sudah disuguhi pemnadangan unik berupa perkampungan yang padat. Sesampai di Sta Kp. Bandan kami juga cukup terhibur dengan bentuknya yang mengingatkan pada stasiun – stasiun di Jepang yang cukup rapi. Stasiun berikutnya ada Stasiun Rajawali yang unik, kemudian Stasiun Kemayoran yang cukup megah, lalu stasiun Pasar Senen yang ramai, Stasiun Kecil (pos perhentian) Gang Sentiong yang antik sampai Stasiun Kramat yang mulai berbenah.
Sesaat kami memburu foto2 di stasiun Kramat, ada pemandangan lain, Stasiun yang dulu peronnya masih rendah, sekarang sudah dimodifikasi tingginya biar selevel dengan bordes gerbong. Cuma sayangya panjang peron sama rangkaian 1 : 2 nih. Sehingga tim KRLMania harus loncat dari gerbong 5 ke tanah karena ga kebagian peron, termasuk si kecil Irfan. Karena waktu yang belum menunjukkan jam makan siang, plus menu yang kurang cocok untuk kesehatan, acara wisata kuliner ke Soto Kaki Mencos, sepakat dibatalkan.
Setelah puas mengambil beberapa foto kamipun menaiki KRL Ekonomi dari arah Bekasi dan turun di stasiun Gang Sentiong, sama saat kita landing di Sta siun Kramat, di sini kita juga harus loncat bak Spiderman mendarat di peron. Yang parahnya peron disini memang rendah dari ujung ke ujung. Di stasiun ini selain peron yang belum standar juga kita temukan lonceng antik yang sekarang sudah berganti dengan alarm penunjuk kereta akan lewat. Alarm antik ini masih bisa kita temui di stasiun – stasiun di lintasan rel Pantura mulai dari Cirebon sampai Surabaya.
Karena kebetulan perjalanan ini kami lakukan di penghujung waktu liburan sekolah, maka dengan terpaksa kami tidak menghampiri Stasiun Pasar Senen karena kepadatan pemudik dan arus balik yang cukup tinggi.
Hari mulai terik saat kami mengambil foto – foto di stasiun Kemayoran. Stasiun yang cukup megah dengan 4 jalur ini sudah memiliki peron yang standar. Kalau dilihat sekilas lebar peron hampir sama dengan peron Sta Citayam, cuma kok tidak seriuh Stasiun Citayam. Musholla stasiun ini pun terbilang cukup bersih dan rapi.
Selepas dari stasiun Kemayoran kamipun sampai di stasiun Rajawali. Stasiun ini memiliki persimpangan 4 jalur, 2 jalur arah Kota - Jatinegara, 2 jalur lagi arah Tg. Priok - Jatinegara. Stasiun yang hanya mempunyai shelter berukuran 3 x 4 meter di jalur ke arah Kota dan shleter 2 x 10 meter di jalur ke arah Bekasi inipun belum memiliki tinggi dan panjang peron yang standar Karena ada gangguan perjalanan KRL Ekonomi Jak - Bekasi jadi berantakan sehingga menyebabkan kami cukup lama menunggu rangkaian ke arah Jakarta, diumumkan kereta masih dalam perjalanan dari Cakung menuju Bekasi terlebih dahulu.
Perjalanan trekking dan hunting stasiun kecil lintas kota - jatinegara kami akhiri dengan ditemani beberapa piring nasi goreng dan beberapa mangkok soto di kedai Stasiun Kota tepat pukul 14.00.
Semua perjalanan tadi, kami lalui dengan menumpang KRL Ekonomi Jakarta - Bekasi yang tersedia hanya 4 rangkaian ulang - alik dan bekal karcis / abonemen klas ekonomi. Ternyata gangguan yang terjadi pada pagi hari disebabkan pula adanya kasus anak kecil tersengat listrik di atap gerbong KRL di daerah antara stasiun Klender - Jatinegara.

by the way, siapa sih KRLMania ? Klik aja link dibawah ini :
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=18249&section=94
atau
http://www.krlmania.com

ciao

(epf/nc/by/ant)

Wednesday, July 18, 2007

..musim gila bola....

Setelah mengejutkan publik dengan menggulung Tim Bahrain 2 - 1, timnas Indonesia kembali menampilkan permainan ciamik nya saat beradu dengan Arab Saudi. Namun sayang, walau pertandingan ini sempat disaksikan RI 1 dan Indonesia sudah menahan skor 1 -1 sampai detik - detik terakhir, tapi Dewi Fortuna belum berpihak ke Indonesia. Kesalahan menjegal lawan oleh Usman Sofyan (yang ini pemain Indo asli) dimanfaatkan Arab Saudi untuk menjebol gawang yang dikawal oleh Yandri.

Saat blog ini dibuat Tim Indonesia sedang beradu dengan Tim Negeri Ginseng Korea Selatan. Polytron vs LG nih....

Mudah2an bisa menang....

Thursday, July 12, 2007

Cilebut, stasiun kecil tapi besar

Cilebut, stasiun kecil tapi besar

Stasiun terakhir di jurusan Jakarta - Bogor ini memang pesat sekali perkembangannya. Stasiun yang sudah ada sejak lintasan rel Batavia – Buitenzorg yang dibuka pada tahun 1873 ini, bukan hanya dari tahun ke tahun saja volume penumpangnya yang meningkat bahkan dari bulan ke bulan pun peningkatan tejadi cukup signifikan. Di medio Januari – Mar 2007 ini saja tercatat tidak kurang dari 600.000 penumpang naik turun di stasiun ini.

Hal ini dipertegas oleh Bp. Sutoyo selaku Kepala Stasiun Cilebut saat KRLMania bersilaturahmi ke stasiun ini. Untuk periode bulan Mei dimana volume penumpang ditargetkan sebesar 211.000 penumpang namun pada kenyataannya hampir lebih dari 317.000 penumpang dalam bulan tersebut memadati stasiun ini. “Kalau anda berada di Stasiun Cilebut pada jam 06.30 – 09.00 pagi serasa bukan ada di Cilebut deh”, ujar bapak satu anak ini.

Stasiun yang terletak di pinggir jalan propinsi antara Bojonggede – Bogor yang dilalui angkutan kota no. 07 jurusan Bojonggede – Ps. Anyar (Bogor) ini memang tidak pernah sepi oleh penumpang yang kebanyakan berasal dari penduduk sekitar dan beberapa perumahan baru yang sedang dan sudah dikembangkan oleh pengembangnya. Sebut saja Bumi Pertiwi, Perumahan RS Cipto Mangunkusumo, Pesona Cilebut, Griya Kencana, Villa Mutiara Bogor, Bukit Cimanggu City adalah beberapa perumahan yang mayoritas warganya menggunakan jasa KRL dari stasiun yang terletak 165 meter diatas permukaan laut ini.

Kereta Rel Listrik yang melayani rute Jakarta - Bogor kelas ekonomi merupakan alat transportasi favorit bagi para penglaju yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya. Dengan ongkos Rp. 2000 anda sudah dapat menikmati perjalanan dari Cilebut – Jakarta Kota. Selain rangkaian KRL Ekonomi, tidak kurang ada 2 rangkaian KRL Ekspres yang BLB (berhenti luar biasa, berhenti secara resmi-red) di Cilebut, yang pertama dengan no. KA 201 A tujuan Tanah Abang yang berhenti pada pukul 05.46 WIB setiap hari kerja dan KA 209 tujuan Tanah Abang jam 07.26 WIB serta 1 rangkaian KRL Semi Ekspress jam. 08.47 WIB.

Dilihat dari perkembangan jumlah penumpang, salah satu roker Cilebut yang ikut berdialog dengan KRLMania dan KS Cilebut, menyampaikan usulan dari beberapa orang roker Cilebut yang juga pernah disampaikan langsung kepada Kasie Angkutan Penumpang PT KA Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek, yaitu keinginan adanya Pakuan Ekspress yang bisa BLB di Stasiun Cilebut ini. Rangkaian KRL Pakuan yang diusulkan adalah saat kepadatan stasiun ini mulai meningkat terutama di jam 06.00 – 06.30 pagi. Menanggapi usulan ini PTKA melalui KS Cilebut sedang menganalisa kira – kira rangkaian mana yang feasible (layak) untuk BLB di Stasiun Cilebut.

Dengan jumlah penumpang diatas, memang sudah saatnya Stasiun Cilebut berbenah diri. Fasilitas loket yang ada sekarang hanya ada 3 buah, 1 di Hall Stasiun, 1 di sebelah timur (seberang Hall stasiun) dan 1 buah lagi di sebelah selatan peron. Yang sangat disayangkan ada sebuah bangunan yang setengah jadi yang rencananya akan dijadikan loket di sebelah selatan yang belum dilanjutkan pembangunannnya. Ketika hal ini KRLMania tanyakan kepada Bp. Sutoyo, bapak yang pernah bertugas di sebagai KS di Stasiun Bogor, Gambir, Juanda, Pasar Minggu Baru dan Cawang ini menjelaskan mulai tahun 2007 ini pembangunan kan dilanjutkan dengan merevisi ukuran bangunannya. Diharapkan penumpang dari arah utara, yang kebanyakan penumpang dari Perumahan Bumi Pertiwi dan beberapa perumahan lainnya dapat lebih terlayani untuk pembelian tiket.

Kondisi di sekitar stasiun yang kami amati pun kiranya perlu mendapat perhatian lebih besar dari pihak Stasiun Cilebut, seperti jalan di depan stasiun yang rusak, pedagang kakilima yang menjamur di peron tunggu, lampu penerangan di sekitar peron stasiun dan juga keberadaan pengemis yang mangkal di dekat loket karcis.

Untuk masalah jalan yang rusak, menurut Bapak yang tinggal di Perumahan Griya Kencana, Bogor ini sudah lama dibicarakan dengan pihak terkait seperti kelurahan, pedagang disekitar jalan raya di depan stasiun maupun pengembang perumahan berada di sekitar stasiun tersebut. Kepada pihak pengembang dan pedagang di sekitar jalan raya, Bapak Sutoyo, selaku KS menghimbau agar memperhatikan drainase / saluran pembuangan dari kios ataupun perumahan yang ada. Diharapkan juga pihak Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Kelurahan Cilebut Barat memperbaiki kerusakan yang ada.

Sedangkan untuk memperindah lingkungan sekitar peron tunggu, pemasangan awning / penutup atap terhadap pedagang kakilima di dekat peron tunggu jurusan Bogor yang selama ini hanya menggunakan tenda plastik merupakan bagian dari rencana pihak Stasiun Cilebut. Kemudian, pihak Stasiun juga sudah melengkapi lampu sorot di sisi utara dan selatan, hanya sayangnya lampu fitras di atas jalur Listrik Aliran Atas (LAA) sudah lama mati dan belum diganti sampai saat ini karena diperlukan teknisi khusus untuk mengatasinya. Diharapkan seksi Teknik di Divisi AP Jabotabek dapat menindaklanjuti keluhan pihak Stasiun Cilebut ini. Hal lain yang mungkin sulit ditertibkan oleh pihak Stasiun adalah keberadaan pengemis yang ada di dekat loket karcis. Mungkin juga fasilitas yang harus dibenahi adalah kamar kecil atau WC yang saat ini hanya berjumlah 2 buah.

Pada saat KRLMania meliput stasiun ini, ada hal menarik yang mengundang tanya, yaitu keberadaan kios yang berjualan penganan goring – gorengan di sebelah kanan loket karcis yang berada di sebelah ruangan Kepala Stasiun dan Warung Telekomunikasi yang tepat berada di seberang loket utama di hall stasiun. Jika dapat direlokasi, tentunya kedua tempat tersebut dapat difungsikan sebagai loket ataupun fungsi penunjang stasiun lainnya, karena ruangan PPKA–nya sendiri berada di sebelah selatan.

Selain beberapa hal diatas, ada beberapa hal lain yang juga sempat kami diskusikan dengan Bapak Sutoyo yang saat kami temui ditemani oleh staf PPKA Cilebut, Bapak Ade, yaitu jumlah petugas Stasiun Cilebut yang berjumlah 14 orang ini masih dirasakan kurang efektif, apalagi jika nanti ada beberapa rangkaian KRL Pakuan yang BLB di stasiun tersebut dan kinerja petugas PT. Kencana Lima yang berjumlah 31 orang diharapkan dapat ditingkatkan wwenang dan tanggungjawabnya tidak hanya untuk pemeriksaan karcis saja, tetpai juga bisa untuk penertiban pedagang, membantu petugas PPKA atau loket dan lain sebagainya.

Kedepan, diharapkan stasiun ini dapat berkembang dan menunjang stasiun – stasiun terdekatnya maupun stasiun baru Sukaresmi yang akan dimulai pembangunannya.


(epf/yud)

Bojonggede Ekspress

... Namanya sih keren BOJONGGEDE EKSPRESS...
.... rangkaian nya juga keren pake Tokyu serie 8500...
... cuma sayangnya rangkaian yang bernomor rute KA 248 A ini lebih sering telat daripada enggaknya.

Alasannya karena KRL ini sebelumnya menjadi rangkaian Depok Ekspress 1712 dan you know.. kalau sore hari trafik di Stasiun Besar GAMBIR itu padet sepadet padetnya... ada KA Jarak Jauh, KRL Eko Jakarta Bogor, KRL Ekspress Jakarta Bekasi, KRL Ekspress Jakarta Bogor, dan tentunya KRL Jakarta Depok.

Coba itu stasiun Gambir ga ada di situ tentunya ga akan banyak KRL yang ketahan sinyal masuk Gambir kali. Kenapa sih usulan untuk mindahin stasiun pemberangkatan luar kota ke Sta Manggarai ga diseriusin ???

Nah, balik lagi ke BOJES ... tadi malem do'i telat banget landing di Stasiun Sudirman. Jadwal jam 1845 dia baru landing jam 1935... whuahaha 50 menit telat bo'...

Alhasil disusul deh sama Pakuan 1925 dan semua penumpang Depok Baru, Bojonggede dan Bogor pada nyerbu KA 232 itu.

Tinggal gw, bini gw dan beberapa orang yang pengen duduk longgar menunggu si Bojes.

Bojes.. bojes... telat kok dibiasain sihhh....

Wednesday, July 11, 2007

3 minggu untuk selamanya

Hmmm.. kalau di bioskop ada judul film Indonesia 3 hari untuk selamanya, nah disini gw mau nulis tentang 3 minggu pertama gw di tempat kerja yang baru...

Minggu ke-1
Pas dateng langsung coordination meeting... n pastinya dapet Task Assignment ditutup dengan latihan evakuasi kebakaran....

Minggu ke-2
Mulai tune-in di prosedur n review some procedure plus mulai aktif hub eksternal

Minggu ke-3
Nah ini tambah seru deh... mulai banyak deadline yang mau jatuh tempo....

Tapi untungnya team HSE disini OKEEEHHH....

Mudah2an... programnya lebih dari 500 hari baru resign ... ya... c u @ setiabudi atrium

Friday, June 8, 2007

Gangguan Sinyal

Gangguan Sinyal kalau di Handphone bisa gara2 di dalam gedung atau kita ada di area blank spot. Tapi kalau gangguan ini terjadi di sistem perSINYALan kereta api... penyebabnya kadang hanya masalah sepele...
Peralatan yang sudah uzur, kecakapan operator, dll....
Tapi yang namanya itu kejadian bisa menyebabkan hampir 500 ribu orang kesel di Jakarta.. yaitu mereka peneumpang setia KRL Jabotabek..... baik yang kelas ekonomi (K3) ataupun bisnis AC (K2)...

Tuesday, May 15, 2007

..Mafioso vs Yakuza...

Bukan.. bukan.. ini bukan cerita tentang premanisme... tapi cerita tentang sebuah pilihan hidup yang harus diambil. Dan dari pertarungan yang cukup seru ditambah sound effect dibeberapa bagian, ternyata Yakuza harus menerima bahwa Mafioso lebih unggul....

Bravo signori...

Thursday, April 26, 2007

...pace...

Bukan pohon pace alias mengkudu yang gw mo ceritain disini... tapi Japanese Culture yang satu ini memang shocking banget buat orang indo ..... semua harus cepat.. jalannya .. jalan pikirannya.. keputusannya... gw yang udah biasa jalan cepat , makan cepat jadi malah nambah cepet niy..

but salut buat japanese.. yang bisa mikir cepet and ngambil keputusan cepet... walo kadang2 kecepetan...

tengok aja Honda, Toyota, itu etos kerja pa ga gila2an...

Wednesday, April 25, 2007

Blog on Blog

Kalau mau liat blog yang laennya...lebih ke life episode sih...boleh kunjungi....

http://blogs.www.friendster.com/t/app/weblog

tabik,
erwin

GEMBA KAIZEN

Gemba Kaizen, Poka Yoke, JIT, Muda,
Frasa-frasa jepun ini lagi menghias otak gw karena dapat assignment dari mgr gw (gw selalu ngomong mgr gw atau atasan gw, kalo boss itu ya Miyamoto-san atau sekalian Uchida-san) buat develop program KAIZEN di YIN. Yang ada dalam benak gw sekarang adalah menggabungkan antara KAIZEN dan Employee Continous Improvement Recognition or Proposal Program. Mudah-mudahan pas mgr gw balik dr Jepun udah bisa jadi konsepnya.

Mau tau apa itu gemba kaizen ? please klik ke www.kaizen.com
Arigato gozaimas...

Kerajaan Muaraberes

Waksss... sempet baca di i-net, bahwa ternyata daerah Muaraberes yang termasuk keluarahan Karadenan, kelurahan tempat tinggal gw, dulunya bekas situs kerajaan kecil, Kerajaan Muara Beres dengan pusat pemerintahan di Kawung (sekaranag Kaum) Pandak sekitar 1.5 km dari rumah gw. Weitss... Kerajaan ini berada dibawah perintah Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran. Dan konon katanya di Bojong gede terdapat makam Ratu Anti atau Ratu Siti Maemaunah, pahlawan wanita dari Bojonggede.

Wah seru juga nih baca sejarah daerah gw sekarang. Lengkapnya ada di sini nih... http://www.depdagri.go.id/konten.php?nama=Daerah&op=detail_kabupaten&id=161&dt=
sejarah&nama_kab=Kota%20Depok

Jangan lupa baca juga link ini...
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/13/0802.htm. Buar semua pembaca yang kebetulan belum tahu sejarah daerah tempat tinggalnya, ayo cari TAUUU...

Pondok Rajeg

Pos Perhentian Pondok Rajeg,

Halte dengan Sumber Listrik Tenaga Surya

Kalau roker sekalian sedikit mengernyitkan dahi membaca artikel ini, wajar saja, karena pos perhentian yang masuk dalam wilayah Desa Pondok Rajeg, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogorletaknya memang terpencil. Pos Perhentian yang terletak 200 meter diatas permukaan laut ini merupakan salah satu pos perhentian dari jalur rel Depok – Citayam – Nambo (Cileungsi) yang dilayani oleh rangkaian KRD Nambo.

Jalur ini mulai tahun 2000 difungsikan untuk mengangkut penumpang yang tersebar di sepanjang jalur Nambo – Gunung Putri - Cibinong – Pondok Rajeg – Citayam – Depok (lama) – Manggarai. Rangkaian ini berjalan pagi hari jam 07:00 dari Stasiun Nambo dan sampai stasiun Manggarai jam 08:00,dan sore harinya jam 15:00 dari Nambo dan sampai Stasiun Manggarai jam 15:30 untuk berangkat kembali ke Nambo jam 16:30. Rangkaian ini juga biasa disebut Eco – Express, Ekonomi karena gerbongnya tanpa AC dan penumpang berjubel, Express karena dari Stasiun Depok (Lama) langsung bablas ke Stasiun Manggarai.

Pos perhentian yang dibangun tahun 1992, sejalan dengan dimulainya pembangunan jalur Citayam – Nambo ini, terletak diantara jalan penghubung kota Depok – Cibinong dan mulai aktif digunakan mulai tahun 2000. Pos perhentian ini dapat dicapai dengan angkot no. 72 jurusan Cibinong – Kp. Sawah.

Ironisnya, sejak akhir bulan Mei tahun 2006, halte ini sudah mulai tak berfungsi karena KRD Nambo juga sudah tak berjalan lagi. Padahal kalau dilihat pos perhentianini cukup hemat energi, terbukti saat KRLMania mengunjungi pos perhentian ini, panel tenaga surya masih terpasang.

Kepala Stasiun KA Cibinong yang juga membawahi pos perhentian Pondok Rajeg, Bp. Rusdiyanto, yang KRLMania hubungi, mengatakan pos perhentian Pondok Rajeg memang dilengkapi dengan teknologi tenaga surya yang digunakan untuk tenaga cadangan, apabila listrik dari PLN mengalami gangguan untuk aliran listrik ke pos perhentian dan pintu perlintasan.

Bapak yang tinggal di dekat Stasiun Depok Lama ini juga membeberkan catatannya yang menyebutkan jumlah penumpang yang naik dan turun dari pos perhentian ini. Pada medio Januari 2006 tercatat sebanyak 1394 orang dan April 2006 masih berkisar di angka 1147 orang hingga di bulan Mei 206 dimana rangkaian KRD Nambo mulai banyak dibatalkan perjalanannya hanya tercatat 163 orang.

Untuk rencana ke depan, sebagaimana dijelaskan oleh KaHumas Daops I , Bp. Akhmad Sujadi, jalur Citayam – Nambo ini akan difungsikan sebagai jalur KA Babaranjang (batu bara rangkaian panjang) dari Cigading – Nambo. Hal ini dikarenakan rencana penggunaan Double-Double Track lintas Timur (Jatinegara – Bekasi) yang akan menambah padat jalur tersebut, sehingga rangkaian batu bara dialihkan ke jalur Citayam – Nambo.

Yang unik dari jalur ini, rekan-rekan yang hobi bersepeda gunung, sering memanfaatkan jalur ini sebagai jalur bersepeda yang diakui cukup memiliki view dan medan yang bagus. Berminat mencoba jalur ini dengan sepeda ?.

(epf)

Cul de Sac Swamp = Rawa Buntu

Kalau ditanya mengenai stasiun yang satu ini, rasanya hanya penumpang KRL ekonomi / KRD Rangkasbitung – Jakarta saja yang paham dengan lokasinya. Secara geografis stasiun ini terletak antara Stasiun Sudimara dan Serpong dan hanya digunakan untuk perhentian KRL Ekonomi dan KRD lintas Serpong. Beberapa roker Rawa Buntu yang sempat kami tanyai, mengatakan bahwa yah kalo KRL Express (AC) berhenti di Rawa Buntu itu karena ‘kebijakan’ masinis saja. “..Cuma kalau yang ingin menanyakan jadwal perjalanan KRL di sini ya siap2 aja ngelus dada, karena yang tau jadwal perjalanan KRL hanya penumpang karena telpon-telponan dengan kawannya yang di Stasiun Serpong..”, ujar penumpang KRL dari Stasiun Rawa Buntu yang sempat berdiskusi dengan kami.

Stasiun yang dapat ditempuh dari seputaran perumahan Bumi Serpong Damai dan Cikokol ini dilewati oleh angkutan kota dengan rute Victor – BSD, dan sedikit angkutan kota dari Parung – Serpong yang melewati Pamulang dan Rawa Buntu. Sedangkan dari peumahan Villa Melati Mas dapat dijangkau dengan ojek atau jalan kaki (+ 1 km jaraknya).

Dengan fasilitas terbatas dan jumlah perjalanan KRL Ekonomi / KRD yang tidak begitu banyak, jumlah penumpang yang keluar masuk stasiun ini kira2 hanya ± 1000 orang saja.

Petugas yang melayani loket penjualan tsb tidak lebih dari 3 orang itupun bergantian (standby 1 orang saja setiap hari), status diperkirakan masih honorer karena seperti pegawai warisan menggantikan posisi bapaknya yg dulu jual karcis.

Fasilitas yang ada untuk penumpang masih standar (Toilet Umum dan Musholla), atap peron ya tidak beda jauh dengan stasiun lainnya di lintas TA-Serpong belum memberikan rasa nyaman, hujan kehujanan, panas kepanasan, peron stasiunpun masih pendek belum ada perbaikan seperti di Stasiun Serpong, Sudirmara dan Pondok Ranji. Fasilitas peron yang jauh dari stándar ini yang menyulitkan saat turun / naik rangkaian bagi ibu hamil juga dikeluhkan salah seorang roker Rawa Buntu yang istrinya sempat mengalami pendarahan karena turun tidak pas dengan peron (ketinggian).

Klo mau jajan ringan maupun berat semua tersedia dengan menu makanan kelas rakyat dan ala kadarnya dengan harga lebih murah dibandingkan dengan stasiun besar di Jakarta seperti : Tanah Abang, dsb.

Untuk rencana kedepan (semua berpulang dan kembali pada PT.KAI sendiri). Klo PTKAI jeli dan mau mengelola stasiun ini, untuk masa mendatang akan lebih hidup karena disamping banyak perumahan yang bermunculan juga tersedianya hiburan di BSD dsk.

Klo mao hang out di Sta Rawabuntu saat ini harus berpikir ulang 1000 x, tidak ada yang spesifik kecuali jalan yang berlumpur klo hujan dan rumah2 penduduk. belum ada yang dapat dinikmati, sta ini masih terbatas sebagai tempat menunggu pnp untuk ke jakarta kalopun tdk ada KA masih banyak mode angkutan pilihan lainnya (trans BSD Kota, Psr. Baru dan Senayan, Angkot reguler dari BSD ke Kebon Nanas ----> ke JKT)

Itu saja yang saat ini dapat saya informasikan. Menurut Pak Tating dari BSD pernah datang ke Div. Jabodetabek. Berdasarkan penjelasan beliau pada waktu itu sebelum pertemuan dengan Tim KRL Mania di Juanda bahwa BSD akan membangun stasiun (belum jelas tempatnya) tetapi dengan catatan KRL AC harus berhenti di sta. tsb. Mungkin di Sta Rawabuntu yg aksesnya mudah klo di ciater deket sekolah solideo paling2 hanya pnp sekitar situ saja karena tidak adanya angkot yang lewat situ (secara perhitungan ekonomis masih rugi).

(prie/epf)

Citayam

Memasuki stasiun yang satu ini memang harus cukup punya nyali. Coba saja anda berdiri di peron tengah, peron selebar 2 meter yang berada di antara jalur Jakarta – Bogor ini posisinya sangat ‘mepet’ sekali dengan badan kereta yang melintas atau berhenti di stasiun yang letaknya di Kecamatan Citayam, Kota Depok ini. Kondisi ini ditambah lagi dengan banyaknya pedagang yang mengadu untung di peron yang secara standar panjangnya kurang dari 180 meter dimana standar panjang peron adalah 180 – 2000 meter.


Stasiun yang setiap harinya melayani 7000 – 8000 orang yang letaknya di jalan provinsi

antara Depok - Bojonggede ini mudah diakses dengan angkutan kota D 05 jurusan Depok – Bojonggede dan 111 jurusan Citayam – Parung. Satu Loket masing – masing di sebelah utara dan selatan serta 1 loket utama di Hall Stasiun merupakan fasilitas stasiun dirasakan masih kurang untuk melayani volume penumpang sebesar tersebut diatas. Ditambah lagi, Stasiun Citayam yang tidak hanya disinggahi KRL Ekonomi tapi ada 4 rangkaian KRL Ekspress Jakarta – Bogor yang BLB (berhenti luar biasa), maka kebutuhan untuk penambahan loket khusus ekspress dirasakan sangat perlu. Dari sisi kekuatan ‘pasukan, menurut bapak 2 anak ini, dengan tenaga PPKA 3 orang, Penjaga Loket 5 orang dan Penjaga Lintasan 4 orang, usaha untuk mencapai target pemasukan yang dibebankan ke Stasiun Citayam tidak bisa dibilang mudah. Oleh karena itu, mulai bulan Februari ini diterjunkan pula tenaga tambahan sebanyak 14 orang.

Usaha untuk menertibkan pedagang dan me-revitalisasi peron saat ini tengah gencar dilakukan oleh pihak Stasiun. Kepala Stasiun Citayam, Bp. Dedi Hadi Suseno, yang kami temui di ruang kerjanya menyebutkan program utama yang sedang dilakukannya selain penertiban pedagang di peron, pembuatan pagar dan jalur masuk penumpang di jalur tengah yang didukung oelh Usaha Non Angkutan Divisi Jabotabek adalah pengembangan dan restrukturisasi karyawan stasiun sendiri. Mulai dari pengawasan pendapatan via karcis yang juga diterapkan dengan system ‘mysteri shopper’ hingga trik pendekatan secara rohani melalui manajemen qolbu dengan karyawan stasiun. Jika anda adalah pengguna atau sempat melintas di Stasiun ini, anda akan melihat perbaikan sarana dan prasarana stasiun yang sedang dikerjakan untuk mencapai target program yang disebutkan diatas.

Program pebuatan pagar yang berada di bawah peron tengah sampai dengan pintu perlintasan sempat menertibkan cukup banyak pedagang merupakan hal yang cukup positif yang sudah dilakukan oleh bapak yang bertubuh cukup besar ini. Hal lain untuk menertibkan pedagang adalah pengaturan jam berdagang yang diatur mulai jam 2 siang sampai jam 8 malam.

Hal penting yang dirasakan perlu oleh bapak yang saat kerusuhan 1998 berada di Stasiun Cawang ini adalah perlunya tenaga keamanan tambahan, karena usaha untuk menertibkan pedagang ini seperti menghadapai penyakit kronis. Karena pihak stasiun sendiri sudah tidak digubris oleh si pedagang yang dikoordinir oleh forum warga setempat.

Usaha bapak yang tinggal di Kp. Rambutan ini pun tidak berhenti hanya sampai di situ. Saat pertama kali ditugaskan, setelah sebelumnya sempat bertugas di Stasiun Cawang (1995 – 2000), Universitas Pancasila (2000 – 2006) dan Pondok Cina (2006 – 2007), bapak yang selalu mengutamakan keselamatan penumpang ini, langsung meninjau lokasi perlintasan. Lokasi yang masih masuk dalam ruang lingkup kerja stasiun ini memang dikenal kerap macet karena banykanya angkotan kota yang ‘ngetem’ persis di dekat palang pintu perlintasan. Para tukang ojek juga aktif dilibatkan untuk membantu penjaga lintasan dalam menertibkan angkutan kota dan penumpang yang menyeberang sembarangan.

Kesulitan lain yang dirasakan pihak stasiun Citayam adalah jika rangkaian KRD Nambo kembali dioperasikan adalah sulitnya koordinasi PPKA untuk memindahkan wesel di perlintasan ke Nambo yang berjarak sejauh 1 km dari Stasiun Citayam. Jika memang akan kembali dioperasikan, pihak stasiun memohon ditambahkan personil PPKA, agar saat berdinas tidak hanya 1 orang saja. Tenaga ini juga dapat dimanfaatkan sebagi portir karcis ataupun penjaga loket.

Hal lain yang sempat di-revitalisasi adalah gardu penjaga lintasan. Gardu yang terletak di ujung stasiun ini sebelumnya sempat kumuh, namun berkat kerjasama yng baik antara pihak stasiun, divisi Jabotabek dan masyarakat sekitar (dalam hal ini, para pengojek), gardu lintasan ini boleh dibilang sekarang paling ‘kinclong’ di jalur Jakarta – Bogor.

Fasilitas lain yang cukup baik adalah WC Umum dan Musholla yang terletak disebelah barat stasiun. 4 buah kamar mandi laki-laki dan 3 buah kamar mandi perempuan. Namun sanagat disayakan ada satu fasiltas yang diarasakan mubazir yaitu tangga penyeberangan yang terletak di sisi utara. Fasilitas ini bisa dibilang tidak pernah digunakan penumpang, namun mungkin digunakan oleh para gelandangan dan pengemis, buktinya saat kami menaiki jembatan tersebut, terlihat bekas kain sebagai alas tidur.

Mengenai KRL Hantu, bapak yang sering disebut KS Preman, karena jarang memakai baju dinas, ini menyebutkan hal itu hanya sebagai halusinasi penumpang saja.

Nah jadi, kapan ada waktu silakan mampir ke stasiun yang memang dikenal sebagai gudangnya pedagang buah di jalur Jakarta – Bogor. (epf/aim)

Peron Tak Beratap

Seiring dengan datangnya musim penghujan sekarang ini, para penumpang KRL asal Bojonggede pun sempat bertanya-tanya mengenai keberadaan peron tiga stasiun ini yang tidak kunjung beratap. Memang bukan hanya saat hujan atap sangat diperlukan oleh penumpang, namun ketika panas matahari menyengat, adanya keteduhan atap terasa bagaikan oase di tengah gurun pasir.

Saat kami temui di Ruang PPKA, Stasiun Bojonggede, beberapa hari yang lalu, Wakil Kepala Stasiun (Wakil KS) Bojonggede, Heri, mengatakan bahwa konstruksi yang ada di peron tiga itu memang hanya diperuntukkan untuk berril (barrier –penyangga), yaitu untuk menjaga agar penumpang tidak naik ke atap kereta, dan ini merupakan bagian dari program PT KA Divisi Jabotabek yang sedang gencar dilakukan dan dananya berasal dari Departemen Perhubungan. “Kalau yang nanya atap peron 3 yang murni dari penumpang kayaknya baru dari KRL mania ini saja kayaknya”, ujar Wakil KS yang rumahnya hanya sepelemparan batu dari Stasiun Bojonggede ini. “Lho?, maksudnya, pak ?” kami keheranan. “ Iya, yang sering nanyain atap peron tiga itu , selama ini ya para preman, PKL (Pedagang kaki Lima, Red), termasuk warga sekitar stasiun, yang mau mengadu nasib di situ..”jelas pria yang berbadan besar ini. “Wah susah juga kalu dikasih atap, peron bisa jadi Citayam kedua nanti”, piker kami dalam hati.

Pada saat ini Stasiun Bojonggede termasuk stasiun kelas tiga, namun perolehan pendapatan perbulannya terbesar kedua setelah Stasiun Bogor, dari 33 stasiun yang ada di bawah kendali Divisi Angkutan Perkotaan (AP) Jabotabek, dengan pemasukan perbulan rata – rata 1,1 miliar rupiah. Pada setiap kesempatan, pihak Stasiun Bojonggede selalu mengusulkan agar kelas stasiun dinaikkan, dan alhamdulillah katanya lagi, rencananya stasiun yang di setiap pertemuan dengan pejabat Divisi AP Jabotabek selalu disebut sebagai stasiun Bojong Besar ini akan dinaikkan kelasnya menjadi kelas I tahun 2007 ini, menyamai kelas Stasiun Depok. Rencananya juga akan ada penambahan jalur menjadi 4 jalur dan bangunan stasiun dibuat bertingkat seperti stasiun Tanah Abang,. Loket dan bangunan fungsional berada di lantai atas, sementara jalur kereta tetap d bawah. Rencana ini menurutnya sudah disetujui oleh Bappenas saat masih diketuanya oleh Ibu Sri Mulyani (MenKeu sekarang –red), namun sampai saat ini belum terealisasi.

Dengan tenaga Portir sebanyak 11 orang, usaha menekan jumlah penumpang illegal alias tak berkarcis jelas bukan usaha yang mudah. Terlebih lagi pendapatan yang cukup stagnan dari bulan Januari – September 2006 di hampir semua stasiun terbuka di wilayah Jabodetabekser membuat para pejabat PT KA Divisi AP Jabotabek memutar otak. Sebagai perbandingan, untuk tahun 2005 di kurun waktu yang hampir sama (Januari – Juli) , pendapatan di stasiun Bojonggede saja sudah melampui target alias surplus (105 % dari target) atau dengan kata lain 5 bulan ke depan hanya tinggal menarik untung. “ Oleh karena itu mulai bulan Oktober diterjunkan tenaga tambahan. Untuk stasiun BJD (Bojonggede, Red) meminta tambahan 15 orang pasukan putih hitam ini untuk memperkuat pengamanan stasiun dengan pengawasan dari pimpinan stasiun”, ujar wakil KS yang selalu terlihat berjaga mengawasi aktivitas stasiun dan anak buahnya dari jam 04.30 – 10.00 pagi.

Dari hasil penambahan jumlah personal portir ini pemasukan stasiun pun bertambah. Terbukti di loket pintu Utara, yang sebelum adanya portir meraup penjualan karcis rata – rata hanya Rp. 2,5 – 2,9 juta / hari di bulan September , semenjak adanya ‘pasukan’ ini mulai bulan Oktober penjualan karcisnya melonjak menjadi rata – rata Rp. 5 – 6 juta per hari. Program ini pun merambah ke penjualan abonemen, Saat rekapitulasi pendapatan bulanan, loket Ltara mengalami penurunan pendapatan kembali ke angka Rp. 2,9 juta per hari, namun penjulan abunemen meningkat menjadi dua kali dari bulan sebelumnya.

Dari hasil ini, pun Stasiun Bojonggede masih memiliki program penjualan Abunemen yang diperpanjang hingga tanggal 12 setiap bulannya dengan persetujuan Kasie Angkutan Penumpang dan Kaur Keuangan untuk menjaring lebih banyak konsumen. Hal lain juga dilakukan oleh Sta BJD untuk mengantisipasi kelangkaan abunemen yaitu dengan cara mengambil jatah stasiun layang (Cikini - Jayakarta) sejumlah 1000 unit abonemen.
Fasilitas stasiun yang sempat kami tanyakan juga adalah Plang Nama Stasiun Bojonggede yang menurut kami cukup menganggu pandangan ke arah Selatan saat KRL dari Bogor akan melintas. Gangguan ini terutama dirasakan oleh pengguna jasa yang datang dari arah perumahan Gaperi 1 atau sebelah timar. Hal ini juga menyangkut keselamatan pengguna jasa. Pihak stasiun berjanji akan mengatisipasi hal-hal yang dikhawatirkan tersebut dengan menambahkan speaker di dekat pintu masuk peron 3 untuk memberitahukan kedatangan kereta dan memperingatkan bahaya yang ada.

Masalah perbaikan fasilitas lainnya yang saat ini sedang dikerjakan oleh pihak Stasiun BJD adalah pengurasan ballast. Hal ini untuk menjamin agar kelenturan rel dan keselamatan perjalanan KA. Seperti diketahui, sudah hampir 3 bulan terakhir ini rel di jalur satu dan dua di Stasiun BJD bercampur antara kerikil ballast dan lumpur yang jatuh ke rel seiring musim penghujan.Hal ini dilakukan dilakukan untuk menjamin keselamatan semua pihak.

(epf/ros/nc)

Tuesday, April 24, 2007

KRLMania.com

Itung punya itung udah ampir 3 tahun gw ngikut milis KRL-Mania@yahoogroups.com, sejak pindah ke Depok n kerja di HO-nya INCA yang punya Bapak Jenggot.....hihihihi. Terus pas dah mau resign dari sana buru2 subscribe pake gmail n pas pindah ke YIN ikut lagi pake email kantor.

Tahun 2007 ini, selain milis KRLMania, kita juga punya Tabloid Gratis setelah sebelomnya sempet develop web yang pembangunannya juga berdarah-darah, walopun gw sempet ikut denger hasil rapat BPUPW-KRLMania tapi gw ga sempet n ga punya waktu buat kerja bareng di web. Nah, pas tabloid (sebenarnya lebih asik disebut bulletin sih.. cuma kurang ngepop kali ye...) mau di develop , gw dipercaya buat jabrik (jaga rubrik) Dari Peron Ke Peron.

Rubrik ini nyeritain semua seluk beluk peron stasiun yang kita angkat profilnya termasuk dengan petugas dan pejabat stasiunnya sekalian. Edisi 0001 Jan 2007, kita tulis profil Peron Tak Beratap di Sta. Bojonggede, kebetulan stasiun pemberangkatan tercinta ini dipilih sebagai pengisi edisi perdana Media KRLMania (itu nama tabloidnya..). Interview kali itu ditemenin Om Rosmana, engineer-nya Lion Air (kita di milis biasa manggil om or mbak).

Selanjutnya di Edisi 0002, giliran Stasiun Citayam dengan segala kemajemukan-nya, mulai dari tukang buah yang seenaknya naro dagangan di peron tengah yang lebarnya cuma 1 meter, angkot yang ngetem pas pintu perlintasan, ojek yang saingan sama angkot plus penumpang yang sembarangan nyebrang ditambah perilaku standar penumpang KRL Jabotabek khususon ekonomi yang jarang beli karcis sama suka naek di atap. Pas ngobrol sama Pa' Dedi, sang KS, ditemenin om Agus I, roker (rombongan kereta) Bogor yang kebagian moto2.

Di edisi 0003, nah di edisi ini, berhubung yang diangkat Pos Perhentian (stasiun kecil) Rawa Buntu di daerah Serpong, gw minta bantuan temen milis daerah Serpong yang biasa naik dari stasiun ini, namanya Mas Prie.
Nah dari data mas Prie plus editan dari Pa Cahyo selaku Redaktur Pelaksana, jadi deh tuh tulisan naik cetak.

Saat blog ini dicetak, Pos Perhentian Pondok Rajeg (jalur Citayam - Nambo) jadi perhatian. Ini lebih seru lagi, wawancara petugas KS Cibinong (karena pos perhentian Pondok Rajeg ada dibawah wewenang KS Cibinong), dilakukan melalui telepon.

Kalau ada yang mau baca, simak terus aja Bigbojong.blogspot.com

Wednesday, April 18, 2007

...Nunggu...

Nungguin..

  1. KRL yang nganterin gw pulang ke rumah di Bojong Depok Baru memang bagus buat ngelatih kesabaran gw.
  2. Kerjaan yang lebih oke dari yang sekarang...
  3. Panggilan dari yang gw kirimin resume and yang dah pernah manggil gw interview... huahaha :)
  4. Waktu yang tepat buat sesuatu yang lebih berarti