Saturday, July 28, 2007

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

Mengatur Kereta Api dengan Sinyal

JAKARTA - Cerita ini bermula dari Stasiun Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, akhir Januari lalu. Siang itu, Stasiun Slawi tercatat sebagai yang pertama menggunakan sistem sinyal elektrik buatan negeri sendiri. Harapan pun muncul. Harapan untuk memugar wajah sistem persinyalan kereta api Indonesia. Mengganti sistem sinyal kereta api luar negeri dengan buatan lokal.

Itulah harapan yang dirintis setelah PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) mengembangkan Sistem Interlocking LEN (SIL-02). SIL-02 merupakan sistem sinyal elektrik pertama buatan dalam negeri yang akan mengatur lalu lintas kereta api. Jika sistem ini jadi diterapkan di seluruh jalur di Indonesia, sang operator di ruang kendali stasiun tidak perlu bersusah payah lagi. Tinggal memencet tombol pada panel kendali, sinyal elektrik akan segera mengatur lalu lintas kereta api.

Menurut Direktur PT LEN Dodi Hidayat Rivai, buah kerja LEN ini sebenarnya sudah dirintis sekitar tiga tahun lalu. Selain bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia, LEN juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pihak BPPT, kata Dodi, yang bertugas mengaudit kelaikan teknologi yang diterapkan LEN. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan satu sistem sinyal elektrik itu, kata dia, sekitar Rp 6 miliar. Secara umum, Dodi memaparkan, SIL-02 terdiri dari peralatan lapangan dan peralatan di ruang operator. Yang dimaksud dengan komponen lapangan adalah lampu sinyal, motor wesel untuk mengatur jalur rel, serta sirkuit rel untuk menentukan posisi kereta. Komponen itu akan aktif setelah sistem kunci (interlocking) dihidupkan. "Kalau salah satu kunci sudah bekerja, sistem tidak akan mengalihkannya ke kunci yang lain," katanya. Artinya, jika ada kereta api yang masuk ke salah satu jalur, kereta yang lain tidak bisa masuk ke jalur yang sama. Sedangkan yang termasuk komponen di dalam ruang operator adalah prosesor untuk pengolahan sinyal yang berbasis PLC (programmable logic controller), sistem perkabelan, serta panel kendali tempat tombol-tombol, status sinyal, serta satu prosesor untuk mengendalikan sinyal. PLC ini berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sinyal masukan (input) dan keluaran (output).
Menurut Dodi Hidayat, secara keseluruhan, desain sistem sinyal mengacu pada sistem persinyalan yang sudah baku. Artinya, komponen yang ada di ruang operator dapat dihubungkan dengan segala macam peralatan lapangan. "Desain sistem sinyal ini multi-service, tidak tergantung pada salah satu merek sehingga dapat terkoneksi dengan peralatan lapangan merek apa saja," ucapnya. Ia menambahkan, sistem SIL-02 ini juga dilengkapi peranti lunak untuk mengendalikan interlocking sinyal. Uniknya, peranti lunak ini berbeda untuk tiap stasiun. Perbedaan ini, kata dia, disesuaikan dengan jumlah rel yang ada di setiap stasiun. "Makin besar stasiun dan jumlah relnya, maka harga sistem makin mahal," ujar Dodi. Menurut dia, peranti lunak yang dikembangkan mampu mendeteksi kesalahan. Sebab itulah, sistem sinyal elektrik yang dikembangkan memiliki dua prosesor. Fungsinya agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem. "Prososer yang satu bisa mendeteksi jika ada kesalahan logika pada prososer yang lain," katanya. Kesalahan itu, menurut Dodi, dapat segera diketahui operator di stasiun karena sistem akan memberi alarm peringatan atau print out data.

Ia berharap, produk dalam negeri ini mampu menggantikan ketergantungan Indonesia dari industri pemasok. "Jika ada kerusakan, perawatannya mudah dan bisa cepat ditangani," katanya. Sejauh ini, ada tiga macam teknologi sistem persinyalan elektrik buatan luar negeri yang telah dipasang di Indonesia. Ketiganya, yakni Solid State Interlocking (SSI) buatan Prancis dan Inggris, Vital Processor Interlocking (VPI) buatan Amerika, serta Westinghouse Train Radio And Advance Control (Westrace) Interlocking buatan Australia, Amerika, Inggris, dan Spanyol. Karena diproduksi oleh pabrikan yang berbeda, peralatan interlocking mempunyai spesifikasi teknis yang berbeda pula. "Akibatnya," kata Dodi, "jika ada kerusakan pada peralatan interlocking atau komponen elektronik lainnya, sistem hanya dapat diperbaiki atau diganti oleh pabrik pembuatnya." Sejauh ini, sistem SSI telah dipasang pada jalur Jabotabek. Sedangkan sistem VPI digunakan pada jalur Bandung-Jakarta. Dan sistem Westrace Interlocking digunakan di jalur selatan, semisal Tasikmalaya, Banjar, dan Yogyakarta. Karenanya, LEN berharap, pihaknya diberi kesempatan untuk memugar sistem sinyal lebih dari 20 sistem. "Sebagai tahap awal, LEN mengusulkan agar sistem sinyal di jalur selatan diganti SIL-02," katanya. yandhrie arvian

Cara Kerja Pemrosesan Sinyal SIL-02
Inilah sistem sinyal elektrik (SIL-02) pertama untuk mengatur lalu lintas kereta api buatan lokal. Pada dasarnya, peralatan SIL-02 dapat dipilah menjadi dua bagian. Peralatan di luar ruangan (vital outdoor equipment) dan peralatan di dalam ruangan. Peralatan di dalam ruangan dapat dibagi menjadi vital area dan non vital area.

Peralatan di luar ruangan
  • Lampu sinyal: Memberi tanda kapan kereta api dapat masuk stasiun atau ke luar stasiun.
  • Sirkuit rel: Mengidentifikasi dan memberi informasi pada kilometer berapa posisi kereta api sedang melaju menuju stasiun
  • Motor Wesel: Mengatur persimpangan jalur rel kereta api
  • Peralatan di dalam ruangan (wilayah vital): Dua modul PLC (programmable logic controller): Fungsi dua prosesor agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem jika ada kesalahan logika
  • Pemancar vital: Mengirimkan data vital
  • Panel PLC: Menyampaikan informasi pada panel kendali di ruang operator dan terminal teknisi Peralatan di ruang operator (wilayah tidak vital)
  • Terminal teknisi: Merekam seluruh kondisi perjalanan kereta api
  • Panel kendali (local control panel): Tempat tombol-tombol, satu prosesor sederhana untuk mengendalikan sinyal, serta status sinyal ditampilkan

Cara Kerja:
Kereta api yang tengah melaju pada kilometer tertentu diidentifikasi posisinya oleh sirkuit rel (track circuit). Hasil identifikasi disampaikan ke PLC PLC akan menyampaikan pemrosesan data ke terminal teknisi dan panel kendali di ruang operator Operator akan membuat sebuah perintah. Perintah itu akan disampaikan ke Pusat Pelayanan Kereta Api (PPKA) dan ke panel PLC. Perintah itu untuk mengaktifkan apakah lampu sinyal akan hijau atau merah, serta akan mengatur persimpangan jalur rel kereta api (motor wesel)

sumber : tempo.co.id

1 comment:

Semboeng said...

Matur Suwun

Informasi yang saudara berikan serupa dengan proyek yangs sedang saya kerjakan, yang saya pertanyakan hanya jumlah biayanya. Kok bisa sampai segitu ya..? Padahal kalo kita bisa eling lan waspodo sebenarnya bisa dibuat dari dapur rumah tangga kok.. Tapi itu bukan hak saya untuk berkata seperti itu, selain proyek yang saya lakukan belum terwujud, proyek itu juga buatan dalam negeri saya harus menghargainya. Mungkin dalam hal teknologi kita sedikit silau dengan tingginya harga komponen yang dibutuhkan, itu saya maklumi karena saya kadang memang demikian.

Omong-omong anda dapat kabar ini dari mana..?? Saya ingin menggalinya lebih jauh untuk mengembangkan sistem ini lebih dalam karena sejauh yang saya buat hanya berdasar dari sensor bisa dibilang meniru sistem pada alat tachometer dan melakukan penghitungan manual seperti velocity awal dan akhir lokomotif dan dibandingkan dengan jarak tempuh sampai tempat palang sepur.. Oya mungkin saya lupa menambahkan alat ini saya buat semata untuk mencegah kecelakaan di palang kereta api yang tidak dijaga, sungguh hati saya tidak tega melihat korban berjatuhan seperti itu..

Kepada para maniak elektronika BANGKITLAH SAUDARAKU sumbangkanlah ilmu kalian terhadap bangsa ini, jangan menunggu orang yang ada diatas awan sana bertindak. Jagalah bangsa ini dengan tangan kalian sendiri, sampai jumpa di garis depan saudaraku-aku akan menanti kalian disana, hingga saat itu tiba aku akan selalu menyediakan tempat bagi kalian untuk berkarya..

Sampai Jumpa..